Google


...Hadiri Kopdar rutin TRAVIC setiap Jum'at,mulai jam 19.00 di Taman Suropati,Menteng Jakarta Pusat...&....Latihan Futsal Setiap Rabu mulai Jam 19.30-21.00 di Taman Menteng,Jakarta Pusat.....be there...be the real TRAVICERS....

Selamat datang di TRAVIC,Anda pengunjung ke-blog counter

Untuk tampilan terbaik gunakan Mozilla Firefox


Tuesday, September 18, 2007
Ganti Pelek SW ke CW - Mau Tetap Nyaman?



Lihat deh data penjualan motor pelek palang atau Cast Wheel (CW) di 2007 ini. Meningkat hebat hingga 70% (edisi 443). Juga makin ramainya motor harian berpelek Spoke Wheel (SW) alias jari-jari yang beralih ke pelek palang.

Tidak dipungkiri kalau wabah ini akan terus berlanjut. Terlebih ada beberapa keuntungan didapat setelah ganti pelek SW ke CW. Selain gaul, pelek palang juga dapat predikat paling gampang dicuci. Pula jauh lebih stabil di trek datar.

Cuma yang jadi masalah, kondisi jalan di Indonesia umumnya masih banyak jalur kribo enggak karuan. Sering dilalui, kemungkinan besar pelek atau komponen pendukung gampang rusak. Apalagi pelek CW kurang lentur dibanding SW. Tinggal lihat mana deh yang paling tahan.

Tapi, jangan salah. Ketika konversi minyak tanah ke bahan bakar gas (BBG). Eh, salah beneran tuh! Maksudnya konversi dari pelek jari-jari ke pelek palang bisa aja bikin motor tetap nyaman. Meski jalur yang dilalui setiap harinya, 40% rusak. Contoh, pemilihan merek dan material pelek CW yang akan dipakai.

Usahakan beli pelek CW merek terkenal dan punya standar mutu DOT (Department of Transportation) atau minimal standar pabrik (gbr. 1). “Sebab selain materialnya lebih kuat, ringan dan tahan benturan. Secara kasat mata memiliki kelenturan. Makanya jarang ada yang patah ketika kena benturan,” urai Ardy Bridjal Hanafy alias Mas Boy mekanik Boy Motor Sport di Perum. Sukatani, Bekasi Timur.

Namun bagi pemilik motor yang adopsi pelek CW kualitas nomor 2 dan 3 pun tak perlu khawatir. Biar motor tetap nyaman dipakai harian dan tidak takut patah, ada beberapa komponen pendukung mesti sedikit diseting ulang. Tujuannya agar keleturan kaki-kaki tetap terjaga.

Paling sering dilakukan mekanik adalah mengurangi volume oli sok depan. Atau bisa juga ganti kekentalan oli sok dengan yang lebih encer. Selain itu, mengakali ubahan pada lubang suling sok dan pegas (gbr. 2). Sementara untuk suspensi belakang, keras dan empuknya per tinggal dipilih lewat ring pengatur yang biasanya ada di bawah pegas.

Jika teknik ini enggan dilakukan, cara lainnya bisa lewat memanfaatkan ukuran tekanan angin pada ban depan dan belakang yang dipakai saat itu (gbr. 3). Misal pakai profil ban standar yang bentuknya masih bulat. Tekanan angin yang biasanya 30 psi, coba diturunkan jadi 27 psi.

“Tapi, kalau profil tapak bannya lebar, tekanan angin 28 psi juga sudah cukup. Sebab ban profil tapak lebar lebih empuk dibanding ban standar,” timpal Hardy Kampret mekanik Champ’s 49 di Jl. H. Kamang, Pondok Labu, Jakarta Selatan yang juga memperkuat tim Yamaha Petronas FDR Star Motor.

Begitu!

Sumber : Tabloid Motor Plus

Labels:

 
posted by TRAVIC at Tuesday, September 18, 2007 | Permalink |


0 Comments: