Monday, November 05, 2007
Dampak Langsung Polusi Tunggangan
Akibat jalanan Jakarta yang lagi giat membangun jalur Busway, motor kini sudah ikut kena polusi. Rute busway koridor 8-10 yang panjang totalnya sekitar 60 km menjebak banyak pengendara.
Kalau setiap hari begini, jelas nggak menguntungkan buat motor. Ada efek negatif buat mesin dan komponen pendukung lain. Berikut efek macet yang sudah bukan padat merayap lagi. Melainkan STG atau stop total gituuu.
KAMPAS KOPLING BOROS
Ini banyak disebabkan karena penggunaan motor yang gak sabar,jadinya males deh mengoperasikan kopling sesuai kebutuhan. Di kemacetan, sebagian pengendara emoh memindahkan persneling ke netral. Handel kopling ditekan penuh dan posisi gigi dibiarkan di gigi satu. Kalau sudah begini, jelas bikin kampas kopling cepat aus.
Parahnya lagi, banyak lho pengguna motor yang menekan kopling setengah sambil ngegas. Selain bikin jengkel pengendara lain yang ikut apes terjebak macet, sudah pasti bikin bensin lebih boros. Kampas akan lebih cepat habis ketimbang jika handel kopling ditekan penuh.
PERANTI CIET
Macet aja bikin jengkel. Terlebih jika mengalaminya di jalan tanjakan atau turunan. Pastinya bakal mengerogoti kampas rem juga. Terutama rem depan yang bakal cepat menipis. Tapi bukan berarti nggak boleh bejek rem depan saat stop di tanjakan atau turunan. Sebab, itu memang pilihan terbaik. Juga jauh lebih aman dibanding gantung rpm supaya tunggangan diam di tempat.
Bahayanya sih kalau rem belakang lebih banyak dipakai. Lantaran peranti ciet belakang aktif juga menghidupkan lampu stop. Ditekan terus ada hubungan arus pendek di switch on/off. Sialnya kalau ada rembesan bahan bakar dan menetes di switch. Bisa terbakar kuda besi ente.
UMUR AKI PENDEK
Enggak ada lagi aki yang umurnya panjang kecuali aki beneran alias kakek atau engkong.Berhenti alis stop lama di kemacetan jelas bisa memperpendek umur pakai aki. Bahasa bengkelnya aki soak. Kan, siang lampu utama mesti diaktifkan karena dihimbau begitu.
Artine, aki jadi bekerja dua kali. Saat siang dihimbau menyalakan lampu. Di tambah macet total? Berarti tugasnya sesuai, tapi dengan motor posisi diam. Ini risiko beban kerja aki jadi enggak sesuai sama jarak yang ditempuh.
CEK FILTER UDARA
Saringan udara silakan rajin diperiksa. Polusi sudah nggak lagi semata karena bahan bakar. Partikel aspal, pasir atau pun semen beterbangan saat melintas di pembangunan jalur Busway. Semakin parah saat musim panas.
Contoh dialami langsung GT, matkodak MOTOR Plus. Baru ini ganti filter udara karena sudah dekil banget. Beragam partikel debu nyangkut padahal tipe saringan udaranya jenis kering. Idealnya penggantian 16.000 km, tapi tunggangan GT baru 10.000 km.
“Kalau dibiarkan, partikel debu yang lolos dari filter bisa nyusup ke karburator. Ini lebih repot,” ulas Ario, Technical Service Dept. Head, PT Wahana Makmur Sejati, main dealer Honda di Jakarta.
AWAS CVT HANGUS
Naik skubek jangan sampai lupa kondisi CVT. Terlebih jika menghadapi macet ora normal. Makain parah jika kemacetan langganan ditemukan di rute tanjakan. Ini berkaitan dengan karakter pengendara yang enggak benar. Ada yang dikorban kalau males menggunakan peranti ciet. Mending dikorban komponen rem cepat aus dibanding CVT.
Memang, enak sih cuma manteng setengah gas waktu berhenti total di tanjakan. Tapi, driven face alias centrifugal di CVT akan bergesekan dengan rumahnya. Gesekan terus menerus menimbulkan panas. “Pasti bisa hangus kampas di centrifugal,” jelas Ario.
TIMBULKAN KARAT
Masih untung macet total saat panas. Paling menyedihkan ketika masuk musim hujan seperti sekarang ini. Motor diam tapi terus kena guyur air dari langit yang kadar asamnya tinggi.
Dibiarkan aja setelah nyampe rumah pasti ada bagian komponen luar yang akan terserang karat. Perhatian celah di tuas penggerak cuk, tombol sein, dan seputar kaki-kaki. Amannya sih dicuci atau disemprot air bersih setelah motor diajak main hujan.
Sumber : Tabloid Motor Plus
Reporter : Niko Fiandri
Fotografer : Endro Suryono, M. David Srihanoko, < Dokumentasi >, Gusti Bambang I.J.
Labels: Tips Perawatan Motor