Monday, November 05, 2007
Seting Ergonomi Tubuh Lebih Nyaman
Enggak mungkin berharap lebih dari lalu lintas Jakarta sekarang ini. Gimana nggak? Pengendara motor yang katanya bisa jadi solusi hadapai kemacetan aja, kadang ikut terjebak antre nyelip di antara barisan roda empat!
Mending cari solusi lain. Yaitu, bikin motor nyaman diajak menerobos kemacetan. “Ubah ergonomi bisa dilakukan secara individual,” ujar Jusri Pulubuhu dari Jakarta Defensif Driving center (JDDC).
Soalnya, ada juga pengendara yang punya postur tubuh diluar rata-rata. Terlalu tinggi atau terlalu pendek untuk ukuran sebuah motor. “Mengubah sesuatu, perlu pertimbangan matang,” timpal Paulus Suwandi, pria yang sebelumnya menjabat Intruktur Training R2 PT Indomobil Niaga International (IMNI).
Yuk, kita bedah!
TUAS REM DAN KOPLING
Enggak sedikit pemilik motor, terutama tipe sport atau kopling manual mengubah posisi handel.
Sudut tuas rem atau kopling lebih dibuat ke atas. Padahal, posisi ini bikin enggak nyaman.
Posisi demikian membuat otot trisep bekerja. Seharusnya pada keadaaan normal justru otot bisep yang bekerja. “Efeknya, selain kekuatan tangan berkurang juga bisa bikin cepat lelah dan konsentrasi berkurang,” sebut Jusri.
SETANG
Ganti setang model jepit perlu dipertimbangkan lagi. Terlebih jika dilakukan sekedar kejar tampilan atau gaya. Bukan untuk mendukung kenyamanan. Jelas ini berpengaruh pada ergonomi.
Semakin tegak dan sejajar setang, makin nyaman buat berkendara. Setang model ini, cocok buat city turing yang mempunyai banyak handycap atau rintangan. Misal, berkelok di tengah kemacetan.
“Terasa sekali bedanya ketika pakai setang model jepit ketimbang biasa,” ungkap Budi Widianto, bikers penyemplak Kawasaki Ninja 150 yang berkantor di Kawasan Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
POSISI RIDING
usri bilang, sebisa mungkin bobot tubuh ditopang alias bertumpu pada otot yang paling besar di tubuh. Yaitu, pada tangan dan kaki. Gitu juga ketika berkendara. Enggak ada salahnya mengembalikan posisi sok depan pada ketinggian standar. Selain lebih sejajar, badan pun nggak gampang lelah. Karena berat tubuh nggak lagi ditopang tangan, terlebih ketika mengerem. Porsi yang diterima kudu seimbang.
GIR
Sepertinya, menaikan gir belakang sekitar dua mata bisa jadi pertimbangan proses Stop and Go tidak membuat motor jadi ngeden dan boros bensin. Konsekuensinya, top-speed jadi berkurang di trek lurus.
“Tapi sebelum mengubah gir, pertimbangkan juga soal power to weigth ratio. Jangan sampai salah ubah gir,” wanti Paulus yang sekarang menangani divisi Motor Bekas Bergaransi (MBB) dari Suzuki.
Sumber : Tabloid Motor Plus
Reporter : Eka Budhiansyah
Fotografer : Isfandiary Mahbub D., M. David Srihanoko
Labels: Aman Berkendara